Pada bagian yang lalu blog ini telah membahas tentang tidak adanya neraka/ tidak diciptakannya neraka oleh Tuhan.
Pada bagian ini saya akan membahas tentang tidak adanya iblis dan setan.
Karena pada bahasan yang lalu telah disebutkan tentang tidak diciptakannya neraka oleh Tuhan, maka bagian ini tentunya lebih mudah untuk memahami tentang tidak adanya iblis dan setan atau mungkin hantu yang selalu menakutkan.
Sekarang saya ajak untuk sedikit menggunakan akal kita. Kembali ke judul yang lalu ketika kita membayangkan tentang Tuhan...( Tuhan itu maha benar, maha sempurna dan maha -maha yang lainnya ). Karenanya yang tidak indah, tidak benar menjadi tidak ada. Karena kalau ada Dia gagal menjadi maha.
Dan karena kemarin telah disebutkan neraka tidak diciptakan oleh Tuhan, maka sekarang secara logika pula setan, iblis dan hantu menjadi mustahil keberadaanya (tidak diciptakan oleh Tuhan)atau tidak ada.
Istilah iblis dan setan digunakan bagi jin dan manusia yang sombong dan menjauh/membelakangi Tuhan.
Pada saat setelah terciptanya Adam oleh Tuhan maka semua disuruh bersujud, semua malaikat sujud kecuali Adam dengan kesombongannya. Jadi orang yang pertama sombong adalah Adam (bukan iblis) karena kalau ada makhluk cipataan Tuhan yang membangkang perintahNya maka kekuasaan Tuhan atas makhluknya menjadi kurang. Bukankah saat itu berada di kerajaan Tuhan (surga)? jadi iblis hanyalah istilah bagi adam yang sombong.
Sekarang coba kita berpikir lagi, seandainya iblis benar adanya (sebagai makhluk), maka yang jadi kasihan adalah anak dan semua keturuanan iblis. Kasihan sekali anak-anak iblis lahir dengan memikul dosa yang tak terampuni, kasihan keturunan iblis lahir tanpa punya kesempatan untuk bisa merasakan suasana surga. Sedangkan Tuhan maha pengampun, tapi mengapa anak-anaknya juga ikut memikul dosa bapak moyangnya?
Terus dimana maha pengampun Tuhan? Dimana kasih sayang Tuhan bagi anak-anak iblis yang baru lahir? Sedangkan semua anak manusia lahir dalam keadaan suci (tidak memikul beban dosa kedua orang tuanya).
Bukankah Tuhan maha benar? Yang benar itu adil, Yang benar itu (maha)mengasihi, Yang benar itu (maha)menyayangi dan yang benar itu (maha)mengampuni.
wallahu a'lam
Pada bagian ini saya akan membahas tentang tidak adanya iblis dan setan.
Karena pada bahasan yang lalu telah disebutkan tentang tidak diciptakannya neraka oleh Tuhan, maka bagian ini tentunya lebih mudah untuk memahami tentang tidak adanya iblis dan setan atau mungkin hantu yang selalu menakutkan.
Sekarang saya ajak untuk sedikit menggunakan akal kita. Kembali ke judul yang lalu ketika kita membayangkan tentang Tuhan...( Tuhan itu maha benar, maha sempurna dan maha -maha yang lainnya ). Karenanya yang tidak indah, tidak benar menjadi tidak ada. Karena kalau ada Dia gagal menjadi maha.
Dan karena kemarin telah disebutkan neraka tidak diciptakan oleh Tuhan, maka sekarang secara logika pula setan, iblis dan hantu menjadi mustahil keberadaanya (tidak diciptakan oleh Tuhan)atau tidak ada.
Istilah iblis dan setan digunakan bagi jin dan manusia yang sombong dan menjauh/membelakangi Tuhan.
Pada saat setelah terciptanya Adam oleh Tuhan maka semua disuruh bersujud, semua malaikat sujud kecuali Adam dengan kesombongannya. Jadi orang yang pertama sombong adalah Adam (bukan iblis) karena kalau ada makhluk cipataan Tuhan yang membangkang perintahNya maka kekuasaan Tuhan atas makhluknya menjadi kurang. Bukankah saat itu berada di kerajaan Tuhan (surga)? jadi iblis hanyalah istilah bagi adam yang sombong.
Sekarang coba kita berpikir lagi, seandainya iblis benar adanya (sebagai makhluk), maka yang jadi kasihan adalah anak dan semua keturuanan iblis. Kasihan sekali anak-anak iblis lahir dengan memikul dosa yang tak terampuni, kasihan keturunan iblis lahir tanpa punya kesempatan untuk bisa merasakan suasana surga. Sedangkan Tuhan maha pengampun, tapi mengapa anak-anaknya juga ikut memikul dosa bapak moyangnya?
Terus dimana maha pengampun Tuhan? Dimana kasih sayang Tuhan bagi anak-anak iblis yang baru lahir? Sedangkan semua anak manusia lahir dalam keadaan suci (tidak memikul beban dosa kedua orang tuanya).
Bukankah Tuhan maha benar? Yang benar itu adil, Yang benar itu (maha)mengasihi, Yang benar itu (maha)menyayangi dan yang benar itu (maha)mengampuni.
wallahu a'lam